Rexsy Taruna
Asesmen merupakan proses pengumpulan data yang valid dan reliabel, yang mana hasil asesmen ini berakhir pada diagnostik, apakah anak hanya mengalami gangguan bahasa atau tidak, atau memiliki komorbiditas atau tidak. Oleh karenanya, asesmen yang komprehensif diperlukan untuk penegakan diagnostik yang akurat. Asesmen yang komprehensif melibatkan penilaian kemampuan, antara lain sensoris, intelegensi, dan bahasa (Tabel).
No | Asesmen | Subtes |
1 | Sensoris | Sensory Profile
· Tactile sensitivity · Taste/smell sensitivity · Movement sensitivity · Underresponsive/seeks sensation · Auditory filtering · Low energy/weak · Visual/auditory sensitivity |
2 | Intelegensi | WISC-IV
· Verbal comprehension · Working memory · Perceptual reasoning · Processing speed |
3 | Bahasa | CASL
· Lexical/semantic · Syntactic · Supralinguistic dan Pragmatic
Discourse Processing |
Dalam pedoman diagnostik seperti DSM V, gangguan pragmatik dipisahkan dari gangguan bahasa. Oleh sebab itu, pada DSM V gangguan bahasa identik berbasis bentuk dan isi bahasa, sedangkan gangguan pragmatik identik dengan gangguan fungsi bahasa. Diagnosis gangguan bahasa menurut DSM V membutuhkan kriteria antara lain:
- Gangguan bahasa reseptif atau ekspresif yang meliputi:
- Masalah kosakata – gangguan bahasa berbasis isi bahasa
- Masalah gramatikal (morfologi atau sintaksis) – gangguan bahasa berbasis bentuk bahasa
- Masalah discourse processing
- Masalah tersebut secara kuantitatif di bawah usia anak dan berdampak pada, misalnya komunikasi yang efektif
- Masalah tersebut tidak disebabkan oleh masalah sensoris, motoris, intelegensi, atau masalah neurologis
- Diagnosis baru bisa ditegakan usia 4 tahun
Referensi
APA. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition, DSM-V. Wilson Boulevard : American Psychiatric Association. 2013